Mardiah, tujuh tahun, dan kakaknya Salwa, 10 tahun,
warga Ketapang Kecil, kini tak lagi mengenyam pendidikan layaknya
teman- teman sebayanya. Perekonomian keluarga yang pas-pasan membuat
bocah-bocah ini harus memupus impian dan cita-citanya.
Ironisnya, Salwa dan Mardiah kini harus membantu
perekonomian keluarganya. Keduanya terpaksa menjadi pemulung
barang-barang bekas. Karung plastik besar kini menjadi temannya di
siang hari. Tak ada waktu untuk bermain, apalagi belajar. Setiap hari
Salwa dan Mardiah keliling kota mencari barang bekas untuk dijual.
“Kata Emak, ndak punya duit. Jadi kami tidak bisa
sekolah,” ujar Salwa kepada Equator ditemui saat berteduh di teras
kantor PMI Ketapang.
Dengan polosnya Salwa bercerita pada wartawan koran
ini, ia mengaku memulung barang-barang bekas setiap hari di sekitar
Kota Ketapang. Hasilnya pun tak seberapa, hanya Rp 1.000 dari hasil
memulung barang bekas setiap harinya. Ia mulai turun dari rumah sekitar
pukul 09.00 pagi hingga siang atau sore.
Uang itu mereka gunakan untuk jajan sehari-hari.
Dengan memulung mereka tak lagi meminta uang jajan pada orang tua.
“Bapak kerja tukang, ibu kerja masak saja di rumah (ibu rumah tangga,
red). Kami 10 bersaudara, meninggal satu orang,” tuturnya polos.
Ketika memulung barang bekas, kedua kakak beradik
itu tampak tak begitu memedulikan kesehatan. Mereka memungut barang
bekas di mana pun mereka temui. Bahkan ketika ditemui Equator, keduanya
tanpa mengenakan alas kaki. Kaki Mardiah, adik Salwa tampak dipenuhi
dengan koreng. Bahkan ketika gerimis, mereka tetap saja memulung.
Mengetahui kondisi tersebut, anggota DPRD Ketapang
dari Komisi II Junaidi, SP mengaku akan melakukan pengecekan. Apakah bocah
tersebut tak bisa bersekolah lantaran kemampuan orang tuanya yang tidak
mampu atau memang orang tuanya yang tak menyekolahkan mereka.
“Kita akan cek dulu. Masalahnya kalau memang tidak
mampu bisa digratiskan. Saya tidak mau komentar banyak dulu sebelum
mengetahui lebih lanjut,” ujarnya, Minggu (26/02)
Namun ia menegaskan, apa pun alasannya tidak
dibenarkan bocah sekecil itu bekerja. Apalagi sampai mengorbankan waktu
belajar mereka. “Tidak boleh itu. Mereka masih kecil. Mereka harusnya
sekolah,” tuturnya.
Sementara itu Sekretaris Dinas Ketapang Jahilin
meminta agar hal tersebut dilaporkan ke pemda dan ditembuskan ke Kepala
Dinas Pendidikan dan Kabag Sosial Setda Ketapang.
“Laporkan ke pemda tembusan ke Kadisdik, Kabang
Sosial tentang hal tersebut,” tulis Jahilin via SMS. [
equator-news.com ]
Sumber : suarapemulung.blogspot.com
Sumber : suarapemulung.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar