DUA minggu sudah tim arkelog dari Balai Kajian Arkeologi Banjarmasin melakukan penggalian situs candi di Desa Negeri Baru. Penggalian didahului dengan survey November 2006 dan tahun 2008. Semua menduga runtuhan bata tersebut adalah bekas candi. Kepastian candi itu baru diketahui setelah tim arkelogi yang diketuai Bambang Wikuatmojo saat penggalian di tempat ini. Tiga bekas candi ditemukan. Begitu juga dengan Sumuran (pusat candi).
Sabtu, 16 Oktober 2010 , 08:41:00
Menelusuri Jejak Sejarah di Negeri Baru
Penggalian candi ini pun mengundang perhatian public. Mulai Bupati Ketapang Drs Henrikus M.Si, Kapolres Ketapang AKBP Badya Wijaya SH, Dandim 1203 Ketapang, Letkol (Inf) Agus Prasetyo Ari Wibowo pun mengunjungi tempat itu. Rasa ingin tahu masyarakat akan penggalian itu membuat tempat ini ramai setiap hari. Karena ramai, usaha kecil pun bergerak di tempat itu. Jasa parkir berkembang. Pernah dalam satu hari tukang parkir bisa mengumpulkan Rp 3 juta.
Karena ramai mengunjungi tempat itu, beragam opini pun muncul. Ada orang yang mengakit-kaitkan penggalian candi dengan luapan banjir di Sungai Pawan. Ada juga yang menduga-duga bangunan itu adalah sebuah benteng pada masa lalu. Demikian juga, ada yang menyebut penggalian situs candi tersebut adalah mencari harta karun.
“Pencarian harta karun itu tidak benar, karena itu memang perlu sosialisasi cagar budaya ke masyarakat,” kata Bagus Putu didampingi Bambang Wikuatmojo, tim arkeolog Banjarmasin. Selama dua pekan melakukan penggalian, mereka sudah menemukan tiga struktur candi. Candi tersebut diduga dibangun pada masa peralihan perdaban Budha ke Hindu.
Tahun persis mereka belum bisa menentukan, namun perkiraan antara 1100-1500 masehi. Dengan ditemukan sumuran candi, mereka berharap mendapat informasi lebih dalam mengenai keberadaan candi tersebut. Biasanya dalam sumuran selain adanya arang bekas ritual masa lalu, ada juga peripih dan lain-lain. Karena itulah penggalian akan terus dilakukan.
“Sumuran sudah ditemukan, tapi arca belum ada, kita berharap perepih yang diibaratkan semacam “kotak hitam” di pesawat. Dengan tak ditemukannya arca dan prasati diduga candi ini sudah pernah digali sebelumnya. Besar dugaan pada jaman Belanda,” kata Yudo Sudarto Kadis Budparor Kabupaten Ketapang. Arca dan prasasti adalah barang berharga untuk mengungkap sejarah candi.
Informasi pendirian candi biasanya ada di arca dan prasasti. Namun, dengan tak adanya barang tersebut maka kuat dugaan pada masa Belanda sudah pernah dilakukan penggalian. Selain itu, ahli Belanda sejak awal meminati arkeologi. Jika hal itu terjadi, maka untuk mengungkap sejarah candi Negeri Baru ini, maka perlu mencari informasi ke Belanda.
“Penemuan candi-candi di Indonesia juga demikian harus mencari informasi ke Belanda. Jejaknya bisa ditelusuri lewat penemuan arca atau prasasti. Karenanya keduanya mempunyai nilai sejarah tinggi,” ujar Yudo. Opini yang muncul adanya penggalian candi terkait dengan banjir, atau pencarian harta karun, dianggap tak ada hubungannya.
Namun, dengan penggalian tersebut maka dipastikan susunan bata merah tersebut adalah candi, maka dengan demikian dapat dipastikan sejarah Ketapang lebih tua dibanding Kramat Tujuh dan Kramat Sembilan yang diketahui pada abad 14. Yudo menilai perlu untuk melakukan sosialisasi cagar budaya kepada masyarakat.Ia mengharapkan penggalian situs sejarah itu semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan sejarah.
Ketika situs tiga candi masih dalam penggalian. Pada Desa Negeri Baru juga terdapat sebaran peninggalan masa lalu. Pada survey awal Nopember 2006, tim arkelog dari Banjarmasin ketika itu terdiri dari Bambang Sakti Wiku Atmojo, S.S Ketua Tim Arkeologi Banjarmasin dengan anggota 3 orang yaitu Nugroho Nur Susanto, S.S, Nugroho Harjo Lukito, S.S dan Muhammad Zaini. Saat itu, Balai Arkeologi Banjarmasin yang mengadakan penelitian di kawasan tersebut memberikan argumen sementara diduga candi yang merupakan situs peradaban Tanjung Pura Kuno yang masih belum tuntas.
Namun demikian penemuan ini masih dalam tahap awal, masih banyak misteri yang belum terungkap dan itupun merupakan nama sementara, karena dari hasil penelitian belum diketahui apakah struktur bangunan bata merah tersebut adalah candi tempat pemujaan, bangunan batas kota seperti layaknya gapura atau pintu gerbang atau juga tanda-tanda prasasti.
Selain bata merah, bentuk pecahan keramik diperkirakan dari Dinasti Ming atau Dinasti Qin juga tersebar di Desa Negeri Baru. Dari berbagai bentuk keramik fenomena hubungan kerajaan masa lalu dengan semua dinasti dapat tergambarkan dari pecahan keramik itu. Lokasi ekskavasi yang terkenal dengan nama Benua Lama di Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang ini berada di pinggir Sungai Pawan sekitar 100 M dari Komplek Astana Pangeran Iranata.
Dari hasil temuan terdapat beberapa bahan penting yang ditemukan pertama adalah adanya Lumpang (Lesung ) dari bahan batu andesit. Ada juga Lingga yang sudah tidak utuh lagi. Tak kalah penting dari jejak sejarah di tempat ini adalah temuan tahun di Komplek Makam Keramat Tujuh dan Keramat Sembilan. Temua tahun itu memperkuat pengaruh Islam tertua di Kalimantan.
Selain mengindikasikan peradaban “Kota Tua“. Dalam survey awal 2006 tersebut, Ketua Tim Balai Arkeologi Banjarmasin menuturkan Makam Keramat Tujuh dan Keramat Sembilan adalah makam muslim tertua di Kalimantan. Secara singkat dapat membuka tabir misteri keberadaan Islam di Tanah Kayong. Pada makam terdapat relief bunga teratai dan sulur melambangkan masih ada pengaruh Kebudayaan Hindu.
Identifikasi tahun yang dilakukan para arkelog mengetahui pada salah satu makam di Keramat Tujuh, bertahun 1363 Saka (1441 Masehi), sedangkan Keramat Sembilan tahun 1345 Saka atau 1423 Maseh dan 1411 Masehi. Sebagian makam lainnya masih belum teridentifikasi, dan di duga lebih tua. (andi chandra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar